Stempel yang paling digemari kaum
Wahabi, di manapun mereka tinggal adalah menuduh bid’ah bahkan syirik
praktik-praktik ibadah atau tradisi-tradisi baik yang biasa dilakukan
kebanyakan kaum Muslimin. Mereka menjadikan ketidaktauan mereka akan alasan
yang mendasari praktik-praktik tersebut sebagai RUJUKAN UTAMA dalam vonis-vonis
kaku mereka.
Salah satu kebaiasan baik kaum Muslimin sejak zaman dahulu yang mereka
warisi berdasarkan dalil-dalil dari para leluhur dan para ulama adalah
membacakan ayat-ayat suci Alqur’an di sisi kuburan dengan niat
pahala bacaan tersebut agar disampaikan Allah kepada si mayyit.
Kaum Wahabi yang ngaku-ngaku sebagai
penjernih ajaran Islam dan pewaris sejati Islam dari para Salafush sholeh; para
sahabat dan tabi’in, dan yang sukanyatut-nyatut nama Imam Ahmad bin
Hanbalpaling getol memerangi praktik seperti itu yang mereka anggap sebagai
bid’ah yang sesat. Salanya dulu waktu masih hidup malas ngaji! Kok enak
sekarang mau dikirimi pahala bacaan Alqur’an! Lagipula, kalau sudah mati ya sudah.
Mulailah ayat-ayat tertentu Alqur’an
mereka tafsirkan, seakan merekalah pewaris dan mandataris Alqura’n, dan seakan
Allah hanya menyerahkan kepada mereka untuk menafsirkan Kalam suci-Nya!
Tetapi kenyataannya Imam Ahmad tidak
seperti itu. Coba perhatikan apa yang ditulis oleh Representatif
kaum Wahabi; Ibnu al Qayyim al Jawziah dalam kitab ar Rûh-nya:13:
Khallâl berkata, “Hasan bin Ahmad al
Fizari mengabarkan kepadaku, Ali bin Musa Al Hadad bertutur kepadaku- dan ia
adalah orang yang jujur, shadûq-, ‘Aku bersama Ahmad bin Hanbal dan
Muhammad bin Qudamah al Jawhari melayat jenazah, seusai dikebumikan, ada
seorang buta duduk di sisi kuburan sambil membaca Alqur’an, maka Ahmad berkata
kepadanya, ‘Hai Anda, ketahuilah bahwa membaca Alqur’an itu bid’ah!’
Ketika kami keluar dari pekuburan,
Muhammad bin Qudamah berkata kepada Ahmad bin Hanbal, ‘Wahai Abu Abdillah, apa
pendapatmu tentang Mubasysyir al Halabi? Ia menjawab, ‘Ia tsiqah (terpercaya
dalam membawakan hadis), ia berkata, ‘Apakah Anda meriwayatkan sesuatu
darinya?’ Ya, jawab Ahmad.
Maka Muhammad berkata, ‘Mubasysyir
mengabarkan kepadaku dari Abdurrahman bin al Alâ’ bin al Lajlâj dari ayahnya
bahwa ia berwasiat agar jika kelak ia dikuburkan agar ada yang membacakan
pembukaan dan penutuopan surah al Baqarah di sisi kepalanya. Dan ia berkata,
bahwa Ibnu Umar juga berwasiat demikian.’
Maka segera Ahmad memerintahkannya agar
kembali dan mengatakan kepada orang yang ia tegur itu agar kembali membaca
Alqur’an lagi.
Abu
Salafy berkata: Sungguh luar
biasa kejujuran dan kebesaran sikap Imam Ahmad ra. Kendati, tadinya ia
menghukumi perbuatan orang itu yang membaca Alqur’an di sisi kuburan sebagai
praktik bid’ah, tetapi segera setelah ia mengetahui bahwa praktik itu telah
diriwayatkan juga dari para ulama terpercaya dan juga dari Ibnu Umar, ia segera
mencabut fatwanya dengan penuh ketundukan dan tanpa rasa congkak.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa
memang demikianlah sikap yang harus ditempuh oleh para ulama. Siap mengaku
salah ketika salah dan tidak angkuh mereima teguran. Sebab siapa sih yang
tau segala-galanya?!
Selain itu, juga dapat
disimpulkan kalau orang sekaliber Imam Ahmad aja ndak tau hadis
tentang masalah tersebut, sehingga ditegur temannya, lalu apa kita yang ingusan
ini sok tau segala-galanya dan main tuduh sana bid’ah, tuduh
sini syirik, kafir dll.
Kalau demikian kenyataannya, jadi
kira-kira kaum Wahabi ini ikut siapa ya? Nagkunya ikut Imam Ahmad. Ee ternyata
Imam Ahmad ndak begitu! Ngaku ikut Salaf dan Sahabat, ternyata sahabatnya juga
ndak begitu! Tapi nagkunya ngikut Salaf dan membanggakan diri dengan
nama kami “Kaum Salafiyah”Ngecap!
Jangan-jangan memang Kaum Wahabi itu
bukan pengikut siapa-siapa, bukan Ahmad bin Hanbal, bukan sahabat Nabi saw.
mereka adalah pengikut diri sendiri dan bayang-bayang kebenaran!
Harapan saya, para senior Wahabi di
tanah tandus Najd sana, mbok mau meniru Imam mereka Ahmad bin
Hanbal.
Untuk Anda yang kerasukan virus Wahabisme/ Salafysme hendaknya mengakaji
ulang doktrin-doktrin Anda. Siapa tau Anda ternyata di jalan yang salah. Ngak
ada salahnya kok belajar itu.