Error 404 - Not Found
Sorry, but you are looking for something that isn't here.
Jika Mendalami Tauhid
Kalau ingin mendalami atau membicarakan tentang tauhid atau i'tiqod, sebaiknya jangan mengikuti pola pemahaman seperti Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat atau sejenisnya (wahabi-wahabi yang lain) seperti yang tertera pada blog nya Di Sini
dimana beliau memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat dengan makna dzahir, atau harfiah, atau tertulis, atau tersurat, atau apalah.... dimana pada bagian akhir tulisannya beliau berkesimpulan bahwa "Allah mempunyai kedua tangan dan kedua tangan Allah adalah kanan"
Naudzubillah.
Para ulama terdahulu yang sholeh telah memberikan batasan kepada kita untuk tidak memahami ayat mutasyabihat tentang sifat dengan makna dzahir.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir (kufur dalam i’tiqod) secara pasti.”
Bahkan Imam Sayyidina Ali ra mengatakan bahwa mereka yang mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan adalah mereka yang mengingkari Allah Azza wa Jalla.
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir”.
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan.”
Dalam kitab ilmu tauhid berjudul “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin” karya Syaikh Al-Akhthal dapat kita ketahui bahwa
- Barangsiapa mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) sebagaimana tangan makhluk (jisim-jisim lainnya), maka orang tersebut hukumnya “Kafir (orang yang kufur dalam i’tiqod)
- Barangsiapa mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) namun tidak serupa dengan tangan makhluk (jisim-jisim lainnya), maka orang tersebut hukumnya ‘Aashin atau orang yang telah berbuat durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
- I’tiqad yang benar adalah i’tiqad yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala itu bukanlah seperti jisim (bentuk suatu makhluk) dan bukan pula berupa sifat. Tidak ada yang dapat mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali Dia
Kalau memahami ayat-ayat mutasyabihat dengan makna dzahir, atau harfiah, atau tertulis, atau tersurat maka akan terhasut untuk mengikuti pola pemahaman Fir'aun Untuk lebih jelas yang sudah tercatat di akun Nama Depan di sini
Mereka seperti itu pada umumnya karena mengikuti pola pemahaman ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengaku-aku mengikuti pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah
Bersambung
dimana beliau memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat dengan makna dzahir, atau harfiah, atau tertulis, atau tersurat, atau apalah.... dimana pada bagian akhir tulisannya beliau berkesimpulan bahwa "Allah mempunyai kedua tangan dan kedua tangan Allah adalah kanan"
Naudzubillah.
Para ulama terdahulu yang sholeh telah memberikan batasan kepada kita untuk tidak memahami ayat mutasyabihat tentang sifat dengan makna dzahir.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir (kufur dalam i’tiqod) secara pasti.”
Bahkan Imam Sayyidina Ali ra mengatakan bahwa mereka yang mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan adalah mereka yang mengingkari Allah Azza wa Jalla.
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir”.
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan.”
Dalam kitab ilmu tauhid berjudul “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin” karya Syaikh Al-Akhthal dapat kita ketahui bahwa
- Barangsiapa mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) sebagaimana tangan makhluk (jisim-jisim lainnya), maka orang tersebut hukumnya “Kafir (orang yang kufur dalam i’tiqod)
- Barangsiapa mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) namun tidak serupa dengan tangan makhluk (jisim-jisim lainnya), maka orang tersebut hukumnya ‘Aashin atau orang yang telah berbuat durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
- I’tiqad yang benar adalah i’tiqad yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala itu bukanlah seperti jisim (bentuk suatu makhluk) dan bukan pula berupa sifat. Tidak ada yang dapat mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali Dia
Kalau memahami ayat-ayat mutasyabihat dengan makna dzahir, atau harfiah, atau tertulis, atau tersurat maka akan terhasut untuk mengikuti pola pemahaman Fir'aun Untuk lebih jelas yang sudah tercatat di akun Nama Depan di sini
Mereka seperti itu pada umumnya karena mengikuti pola pemahaman ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengaku-aku mengikuti pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah
Bersambung

:smile

:sadsmile

:sadsmile

:cool

:wink

:sweating

:speechless

:kiss

:blush

:sleepy

:dull

:angry

:itwasntme

:lipssealed

:hi

:call

:clapping

:rofl

:like

:dislike

:strike
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Entri Populer
-
Pertama : Tempat munculnya fitnah.... . عن ابن عمر رضي لله عنهما أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو مستقبل المشرق يقو.. Read more
-
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا فإني و حـــق الله إيـــاك أنـ... ــــصح فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح Berusahalah e.. Read more
-
Hb. Lutfi: Benarkah tarekat itu bid'ah Tanya Jawab deng... gan Habib Lutfi,- Al Kisah Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya.. Read more
-
Bisa jadi selama ini anda merasa bukan seorang Wahabi te... etapi termasuk pengunjung setia website yang dikelola Wahabi / Salafy. Bagi anda .. Read more
-
Ciri-ciri berikut ini adalah sekaligus menjadi barometer ... Kriteria Ahlus sunnah sebagaimana yang telah diterangkan oleh Imam Ghazali dal.. Read more
-
Akhir-akhir ini maraknya orang bersandar kepada Manhaj Sa... alaf yang selalu di usung-usung ketika berbicara soal agama Lalu siapakah kelompo.. Read more
May 17, 2013|4 comments
May 17, 2013|1 comment
May 10, 2013|6 comments
Dialog Dengan Wahabi Seputar Maulid Nabi SAW
May 03, 2013|3 comments
Artikelnya cukup mendetail, namun ada sedikit tambahan info saja terkait tentang pasukan...
2019 ford fusion hybrid titanium - iTaniumArt This article will be covering the history...
8. Tidak mengada-ngadakan sesuatu dalam agama kecuali atas izin Allah. Saya berharap...
Saya lihat blog ini lebih mirip kearah syiah ya, yg dikit2 menggunakan kata justifikasi...
Memang benar ya klo udh tersesat itu kita ga mampu berbuat apa2,yg memang mampu memberi...
Kalau tidak faham tentang salaf jangan bahas,banyak ngarang, maunya menjatuhkan, kalau...
lintas pesantren jauh lebih keren pak ustad... kenapa g pernah ksh tau pak
BalasHapusiya tetap lintas pesantren msh lbh keren....
BalasHapushttp://1-ayat.blogspot.com/2013/05/ikutilah-mayoritas.html g bsa koment..
BalasHapussiiiippp...
BalasHapus